bisnis
Ladang gas Qatar-Iran sumber konflik diplomatik di Arab Teluk
Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir beralasan karena Qatar mendukung terorisme.
05 Juni 2017 21:14Ladang gas dimiliki Qatar bareng Iran di Teluk Persia. (Iran Times)
Faisal Assegaf
JERA Co., pembeli gas alam terbesar di dunia asal Jepang, hari ini bilang mereka telah diberitahu oleh Qatargas tidak ada pengaruh terhadap suplai LNG (gas alam cair) setelah sejumlah negara Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir, Libya, dan Yaman hari ini menyatakan memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Arab Teluk itu. Mereka beralasan Qatar telah mengganggu stabilitas dan keamanan kawasan karena mendukung terorisme.
Qatar adalah eksportir gas alam cair terbesar sejagat dan Jepang merupakan pembeli terbesar di dunia, sepertiga dari total pasokan global.
April lalu, Qatar mencabut moratorium mereka tetapkan sendiri sejak 12 tahun lalu untuk mulai memproduksi ladang gas mereka miliki bareng dengan Iran.
Ketika itu pasar gas alam cair dunia sudah kebanjiran pasokan, terutama dari Amerika Serikat dan Australia. Stok gas dunia tahun lalu 300 juta ton, sedangkan yang diperdagangkan 286 juta ton.
Ladang gas tersebut berlokasi di Teluk Persia, meliputi wilayah seluas 9.700 kilometer persegi. Blok gas seluas 3.700 kilometer persegi berada di perairan Iran, disebut Parsi Selatan dan sisanya, enam ribu kilometer persegi, terletak di perairan Qatar, dikenal dengan nama Kubah Utara.
Menurut IEA (Badan Energi Internasional), ladang gas itu diperkirakan cadangan 51 triliun meter kubik.
Jika dieksploitasi, cadangan gas di Kubah Utara setara dengan hampir seluruh produksi Qatar saat ini dan bia menghasilkan 60 persen dari total ekspor gas Qatar.
Chief Executive Officer Qatar Petroleum Saad al-Kaabi April lalu menjelaskan pengembangan di bagian selatan dari Kubah Utara bisa menghasilkan gas dua miliar kaki kubik sehari atau setara 400 ribu barel minyak. Kapasitas produksi bisa meningkat sepuluh persen dalam 5-7 tahun.
Iran, mengalami kelangkaan gas di dalam negeri, telah mempercepat produksi gas di Parsi Selatan. Negara Mullah ini November tahun lalu meneken kontrak kerja sama dengan Total untuk pembangunan proyek kedua di Parsi Selatan.
"Produksi gas Iran di Parsi Selatan bisa melampaui Qatar sebelum berakhirnya kalender Iran ( akhir Maret 2018)," kata Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh.