IQRA
Palestina Negara Khayalan (3)
Isu Palestina konflik agama
Bagi Palestina dan Israel, merebut dan mempertahankan Yerusalem adalah kewajiban atas nama agama dan itu tidak dapat dikompromikan.
19 November 2020 21:04Duta Besar Amerika buat Israel David Friedman, utusan khusus Amerika bagi Timur Tengah Jason Greenblatt ikut merobohkan tembok saat peresmian terorongan menuju kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, 30 Juni 2019. (Facebook/Screen capture)
Faisal Assegaf
Faktor internal lain membuat Palestina menjadi negara khayalan adalah konflik agama. Keliru kalau ada orang bilang isu Palestina merupakan persoalan nasionalisme semata. Masalah Palestina bahkan lebih kental konflik agamanya.
Sedari awal berdiri pada 14 Mei 1948, Israel sudah menjadikan agama sebagai dasar. Negara Zionis ini merasa berhak mendiami wilayah milik bangsa Palestina dengan dalih itu merupakan tanah dijanjikan Tuhan. Alhasil, beragam upaya mereka untuk mempertahankan dan bahkan makin memperluas wilayahnya merupakan sebuah tugas suci atas perintah Tuhan.
Israel adalah negara berlandaskan ketuhanan atau teokrasi. Sabbath, seperti Jumat bagi umat Islam dan Ahad untuk kaum Nasrani, menjadi hari libur nasional. Pelajar yeshiva (sekolah seminari Yahudi) dibebaskan dari keharusan mengikuti wajib militer, berlaku bagi lelaki dan perempuan Israel berumur minimal 18 tahun. Bagi lelaki, wajib militer berlangsung tiga tahun, sedangkan perempuan dua tahun.
Sejak Israel dibentuk 72 tahun lalu, pemerintahan yang ada selalu koalisi dan partai-partai agamis, seperti Shas, memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan sebuah pemerintahan koalisi.
Nuansa agama kian kental dalam isu Yerusalem. Israel menegaskan Yerusalem secara keseluruhan, termasuk Yerusalem Timur didambakan Palestina menjadi ibu kota mereka, adalah ibu kota abadi Israel dan tidak dapat dibagi dua. Klaim sepihak ini sudah dituangkan dalam Hukum Dasar Yerusalem disahkan oleh Knesset (parlemen Israel) pada 1980. Israel bahkan meyakini sebelum ada Masjid Al-Aqsa, tadinya berdiri Kuil Suci Yahudi.
Di pihak Palestina juga demikian. Mereka dan bahkan umat Islam di seluruh dunia tentu juga tidak akan pernah rela kalau Masjid Al-Aqsa dirobohkan demi mewujudkan cita-cita Israel mendirikan Kuil Suci ketiga. Al-Aqsa adalah masjid ketiga paling disucikan oleh kaum muslim sejagat setelah Masjid Al-Haram di Kota Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Apalagi Masjid Al-Aqsa pernah menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah ke Kabah. Masjid Al-Aqsa juga menjadi lokasi Nabi Muhammad melakukan mikraj.
Bagi Palestina dan Israel, merebut dan mempertahankan Yerusalem adalah kewajiban atas nama agama dan itu tidak dapat dikompromikan. Konflik bernuansa agama inilah makin membikin terwujudnya negara Palestina merdeka dan berdaulat khayalan belaka.