kabar
Berbuka puasa dengan lumpia di Libya
"Biasanya menjelang magrib orang ramai beli buah, susu, atau kurma."
01 Juli 2015 08:20Suasana berbuka puasa di Libya. (alwaref.org)
Luluh lantak dilanda konflik bersenjata berkepanjangan sehabis rezim Muammar al-Qaddafi tamat empat tahun lalu, tidak membikin sepi Ramadan di Libya. Penduduk negara itu tetap suka cita menyambut bulan puasa dimulai 17 Juni lalu, seperti semua negara muslim lainnya.
Sepuluh hari pertama Ramadan masjid-masjid kebanjiran jamaah salat tarawih. Bahkan banyak masjid sampai harus menggelar karpet di halaman karena tidak mampu menampung jumlah mereka.
Meski banyak pos pemeriksaan bikinan milisi Fajar Libya, suasana mulai sore hingga magrib atau istilahnya ngabuburit selalu ramai. Midan Syuhada menjadi alun-alun Ibu Kota Tripoli adalah titik kumpul masyarakat menunggu waktu berbuka puasa.
"Tidak ada toko atau orang menjual menu khusus Ramadan," kata Hilmie Hazimun, mahasiswa Indonesia di International Islamic Call College, Tripoli, kepada Albalad.co melalui WhatsApp pekan lalu. "Biasanya menjelang magrib orang ramai beli buah, susu, atau kurma."
Hilmie adalah satu dari 29 mahasiswa Indonesia, termasuk dua perempuan, masih bertahan di Libya. Mereka semua sekampus dengan Hilmie. Dia bilang areal kampus tempat tinggal mereka selalu aman karena dipandang sebagai tempat strategis. "Sejak runtuhnya pemerintahan Qaddafi, beberapa gedung di sini dijadikan markas milisi menguasai Tripoli," ujar Hilmie.
Pemerintahan Libya kini terbelah: satu di Tripoli dan yang diakui masyarakat internasional mengungsi ke Tobruk, timur Libya. Konflik bakal kian rumit setelah ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) menancapkan kukunya di tiga kota: Sirte, Dirna, dan Benghazi.
Namun Ramadan kali ini Hilmie memilih tinggal di rumah warga setempat di kawasan Ghaut Syaal.
Makanan paling diburu selama bulan puasa adalah sejenis kulit lumpia banyak dijual di kedai-kedai makan. Kulit lumpia ini kemudian diisi beragam sesuai kesukaaan, bisa mafrum (daging giling), kentang, atau telur.
Hilmie menjelaskan kehidupan di Tripoli mulai ramai sejak siang hingga pukul dua dini hari. Rakyat Libya saban hari berpuasa selama 16 jam 20 menit.
Puasa dan lumpia setidaknya bisa melupakan penderitaan rakyat Libya akibat perang tidak kunjung habis.