kabar
Duta besar Rusia tewas ditembak di Ankara
Pelaku memprotes pembantaian di Aleppo.
19 Desember 2016 23:49Mevlut Mert Aydintas, polisi antihuru-hara Turki, menembak mati Duta Besar Rusia buat Turki Andrei Karlov pada 19 Desember 2016. (NBC News)
Faisal Assegaf
Suasana pameran foto bertema "Rusia di mata orang Turki" kemarin di Ibu Kota Ankara berubah mencekam saat lelaki 22 tahun bersafari dan berdasi gelap itu menembak ke arah Duta Besar Rusia untuk Turki Andrei Karlov. Delapan peluru melesat dari pistol milik polisi antihuru-hara Turki ini menghantam Karlov tengah menyampaikan sambutan.
Sambil menembak, Mevlut Mert Aydintas berteriak dalam bahasa Arab dan Turki, seperti dilansir Russian TV. "Jangan lupa soal Aleppo", "jangan lupa mengenai Suriah" dan dia juga bertakbir.
Aydintas dikabarkan tewas dalam baku tembak dengan polisi setelah melaksanakan aksinya. Karlov dilarikan ke rumah sakit, namun Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan dia sudah mengembuskan napas terakhir.
Motifnya sejauh ini diperkirakan sebagai protes atas pengepungan dan penggempuran terhadap wilayah timur Kota Aleppo, Suriah, oleh pasukan rezim Basyar al-Assad dibantu Rusia dan Hizbullah.
Kejadian itu berlangsung sehari setelah demonstrasi besar-besaran di Turki memprotes apa yang mereka sebut pembantaian di Aleppo. Setelah menyatakan kemenangan di Aleppo, Suriah memberi jalur evakuasi bagi pemberontak telah mengaku menyerah dan warga sipil untuk keluar dari kota itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan langsung menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memberitahu peristiwa itu. Keduanya menyebut kenekatan Aydintas sebagai tindakan provokatif. "Siapa saja ingin merusak hubungan kedua negara tidak akan berhasil," kata Erdogan.
Dalam pidato televisinya, Putin bilang penemabkan atas Karlov merupakan provokasi untuk mengganggu normalisasi hubungan kedua negara dan proses perdamaian di Suriah. Dmitry Peskov, juru bicara Putin, mengatakan satu tim penyelidik dari Rusia akan tiba di Turki untuk membantu proses investigasi atas kasus itu.
Sebelum kejadian, ada rencana pertemuan menteri luar negeri Rusia, Turki, dan Iran di Ibu Kota Moskow hari ini.
Andrei karlov, 62 tahun, adalah diplomat veteran pernah menjadi duta besar Uni Soviet untuk Korea Utara selama 1980-an. Setelah Soviet runtuh pada 1991, dia sempat menjabat duta besar untuk Korea Selatan sebelum kembali memegang pos serupa di Korea Utara selama lima tahun sejak 2001.
Dia baru pindah ke Ankara pada Juli 2013 dan menangani krisis diplomatik kedua negara tahun lalu setelah jet tempur Turki menembak jatuh pesawat tempur Rusia dekat perbatasan Suriah. Hubungan kedua negara baru-baru ini mencair setelah Erdogan meminta maaf.