kabar
Seruan Livni dan Yahudi di Indonesia
Kaum muslim di Indonesia nggak pantas resah menerima keberadaan orang Yahudi selama masih mengakui Indonesia sebagai tanah air mereka.
20 Februari 2017 04:32Rabbi Yobby Ensel berpose bareng putrinya di bawah menorah raksasa di Bukit Air Madidi, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, April 2014. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Faisal Assegaf
Saat berpidato dalam Konferensi Keamanan Munich, mantan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni mengeluarkan pernyataan menarik. Dia menyerukan orang Yahudi di negara mana saja untuk tidak lagi menyembunyikan identitas mereka.
"Orang Yahudi di mana saja harus bisa memakai kippa di depan umum tanpa rasa takut," kata politikus dari Partai Hatnua atau Parati Persatuan Zionis itu. "Menyembunyikan (identitas keyahudian) bukanlah solusi. Hal semacam itu sudah lewat."
Seruan Livni ini tentu saja berlaku pula bagi kaum Yahudi di Indonesia, berjumlah ribuan orang. Ketika saya wawancarai beberapa tahun lalu, Ketua United Indonesian Jewish Community (UIJC) Benjamin Verbrugge menyebut baru dua ribu orang Indonesia berdarah Yahudi terdata.
Meski sejak Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sudah memberikan kebebasan beribadah bagi kaum minoritas, termasuk Yahudi, kenyataannya persoalan Yahudi di Indonesia masih amat sensitif. Ini lantaran sentimen anti-Yahudi begitu besar akibat penjajahan Israel atas bangsa Palestina.
Kalangan awam belum bisa membedakan antara Yahudi sebagai etnik sekaligus agama dengan Zionisme, menjadi dasar berdirinya negara Israel pada 1948, sebagai gerakan politik.
Karena itu, beberapa orang Yahudi saya kenal masih merahasiakan identitas mereka. Padahal, orang Yahudi juga menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Mereka bahkan sudah datang ke tanah air sejak abad ketujuh.
Tapi ada juga orang Yahudi menyatakan secara terbuka identitasnya, seperti pengacara David Abraham. Dia bilang tidak ada yang salah dengan menjadi orang keturunan Yahudi. "Saya tidak menyesal menjadi orang Yahudi," ujarnya dalam wawancara khusus dengan Albalad.co.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, orang Yahudi, terutama tinggal di Jakarta dan sekitarnya, mulai berani menggelar perayaan hari suci agama mereka. Khusus di Kota Manado, Sulawesi Utara, Rabbi Yobby Ensel saban Sabtu memimpin perayaan Sabbath dan hari suci agama Yahudi lainnya.
Seperti kata Livni. Orang Yahudi tidak perlu takut menunjukkan identitas mereka. Kaum muslim di Indonesia nggak pantas resah menerima keberadaan orang Yahudi selama masih mengakui Indonesia sebagai tanah air mereka.