kabar
Sarkozy ditahan karena terima dana kampanye dari Qaddafi
Dia tiga kali menerima satu koper berisi fulus Rp 84,4 miliar di akhir 2006 dan pada 2007.
20 Maret 2018 15:03Seorang pemberontak menginjak poster Qaddafi di depan gerbang Bab al-Aziziyah, kompleks kediaman pemimpin Libya Muammar Qaddafi, di Ibu Kota Tripoli pada September 2011. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Faisal Assegaf
Polisi Prancis hari ini menahan mantan Presiden Nicolas Sarkozy karena dia menerima jutaan euro dari mendiang pemimpin Libya Muammar al-Qaddafi. Sarkozy kini mendekam dalam tahanan kantor polisi di Nanterre, barat Ibu Kota Paris.
Sarkozy dan bekas kepala staf kepresidenan Claude Gueant membantah terlibat dalam perkara ini dana kampanye asing saat pemilihan presiden 2007, dimana Sarkozy menang.
Meski penyelidikan dilakoni sejak 2013, perkara ini baru mendapat sorotan setelah pengusaha Prancis berdarah Libanon, Ziad Takiyuddin, bilang kepada situs berita investigasi Mediapart, dirinya tiga kali mengantarkan koper berisi fulus lima juta euro (Rp 84,4 miliar) kepada Sarkozy dan Gueant.
Para penyelidik tengah mempelajari klaim menyebutkan Sarkozy secara keseluruhan menerima 50 juta euro untuk kampanye pemilihan presiden pada 2007. Jumlah dana kampanye ini lebih dari dua kali lipat ketimbang yang dibolehkan saat itu, yakni 21 juta euro.
Selain itu, duit dari Qaddafi melanggar aturan soal adanya sumbangan asing dan tidak mengumumkan sumber dana kampanye.
Dalam wawancara dengan Medipart dan dilansir pada November 2016, Takiyuddin mengungkapan dirinya tiga kali diserahi koper berisi uang lima juta euro oleh kepala badan intelijen Libya, untuk diberikan kepada Sarkozy dan Gueant. Penyerahan fulus ini berlangsung di akhir 2006 dan pada 2007. Dia mengatakan penyerahan uang itu dilakukan di kantor Kementerian Dalam Negeri Prancis saat Sarkozy menjabat menteri dalam negeri.
Takiyuddin sejatinya sudah lama terlebit dengan masalah hukum di Prancis. Dai diduga mendanai kampanye Edouard Balladur dalam pemilihan presiden 1995, melalui komisi dari penjualan kapal selam Prancis ke Pakistan.
Penahanan Sarkozy ini terjadi setelah mantan Menteri Keuangan Libya Bakhir Saleh menerbitkan buku mendukung klaim Takiyuddin itu. Dia baru-baru ini bilang kepada Le Monde, "Qaddafi mengatakan dia mendanai (kampanye) Sarkozy. Sarkozy bilang tidak. Saya lebih percaya Qaddafi ketimbang Sarozy."
Sarkozy memiliki hubungan rumit dengan Qaddafi. Segera setelah menjadi presiden Prancis, dia mengundang Qaddafi untuk kunjungan kenegaraan. Tapi Sarkozy pula menjadikan Prancis memimpin gempuran pasukan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) saat terjadi revolusi di Libya pada 2011.