kisah
Seteguk air di Yordania
Aliran air ke rumah-rumah penduduk dan perkantoran cuma dijatah sekali sepekan.
01 Mei 2015 04:10Sekumpulan unta di sebuah gurun di Yordania. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Di sebuah rumah kos mahasiswa Indonesia di Muktah, kota kecil di Provinsi Al-Karak, sekitar sejam bermobil dari Ibu Kota Amman, Yordania. Air mengalir kecil ke dalam ember merah seukuran cukup buat dua kali mandi.
"Air di sini mengalir seminggu sekali," kata Miftah, mahasiswa Indonesia tengah belajar di Universitas Muktah, kepada Albalad.co Rabu malam lalu. "Kalau nggak Jumat, Sabtu."
Karena air di seantero Yordania tidak layak diminum, untuk memasak dan menghilangkan dahaga, Miftah - menyewa sebuah rumah bareng dua mahasiswa asal Indonesia dan satu dari Malaysia - membeli air. Satu galon kalau diantar satu dinar atau Rp 18 ribu, bila ambil sendiri 75 sen dinar.
Fajrian, mahasiswa pasca sarjana tinggal di Amman, tiga pekan lalu mempunyai pengalaman lucu. Dia bareng dua teman kosnya mandi di rumah tetangga karena air tidak mengalir. "Kami tidak tahu kalau air di sini cuma mengalir seminggu sekali," ujarnya.
Dengan kondisi alam gersang dan tandus, air bersih selalu menjadi masalah di Yordania. Aliran air ke rumah-rumah penduduk, kantor pemerintah atau swasta dijatah sekali sepekan. Airnya tidak layak minum karena mengandung zat besi atau kapur.
Di negara ini pun pertanian amat jarang, hanya ada di sekitar Aqabah, kota pelabuhan di utara Yordania. Hampir semua produk pertanian impor dari luar negeri, sebagian besar asal Mesir.
Sumber air juga sulit. Sungai Yordania terkenal tidak bisa diandalkan. Lebarnya cuma sepuluh meter dan sudah dangkal. Airnya juga coklat sekali.
Menurut Munir, mahasiswa doktoral tinggal di Amman, aliran air dijatah saban Jumat mulai pukul sepuluh pagi hingga jam delapan malam. "Nah tiap Jumat itulah kita bisa mencuci pakaian," kata lelaki 30 tahun, tinggal bersama istri dan bayinya baru berumur tiga bulan.
Sehabis itu, dia mesti menampung air di bak penampungan berkapasitas dua meter kubik, seperti kebanyakan rumah di Amman. Tiap bulan dia membayar air delapan dinar. Buat minum dan memasak, dia mesti membeli air galon.
Dia mendengar cerita dari kawannya orang Yordania, sungai Tiberias atau Tabariyah dalam bahasa Arab mestinya menjadi sumber kehidupan bagi penduduk Yordania telah dibendung oleh Israel. Sungai ini terletak di perbatasan tiga negara: Yordania, Israel, dan Suriah.
Sungai Tabariyah amat terkenal dan disebut dalam hadis Nabi: Dajal dan para pengikutnya akan turun dan meminum air sungai itu sampai habis.
Meski kesulitan air, kalau sedang jalan-jalan di Yordania jangan cemas. Di toko-toko juga banyak dijual air kemasan. Ukuran 1,5 liter seharga 35 atau 40 sen dinar, sedangkan ukuran sedang dijual 25 sen dinar.