kisah
Derma Zionis buat pemberontak Suriah
Jumlah senjata dan dana diberikan Israel kepada para pemberontak Suriah kecil ketimbang bantuan diberikan negara-negara lain, termasuk Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Amerika Serikat.
12 September 2018 16:55UNHCR Eminent Advocate Dato Tahir menggendong Hanan, anak pengungsi Suriah tinggal bersama orang tuanya di sebuah kamp di Distrik Zajla, Lembah Bekaa, Libanon. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Faisal Assegaf
Narasi berkembang di sebagian kalangan muslim, termasuk di Indonesia, palagan di Suriah adalah perang suci, jihad melawan kebatilan di bawah rezim Presiden Basyar al-Assad. Karena itu, bertempur bareng para pemberontak buat menggulingkan Assad diwajibkan oleh agama.
Namun laporan majalah Foreign Policy dilansir Kamis pekan lalu membuka kedok para pemberontak. Mereka bukan berjuang lantaran ideologi atau agama. Mereka bertempur melawan pasukan Assad demi kepentingan politik semata.
Israel rupanya mendanai dan mempersenjatai 12 kelompok pemberontak di selatan Suriah untuk mencegah milisi-milisi Syiah sokongan Iran dan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) mendekati daerah perbatasan dengan Israel. Fakta ini terungkap dari hasil wawancara dengan lebih dari dua lusin komandan dan anggota dari 12 kelompok pemberontak Suriah itu.
Pasokan senjata dari negara Zionis itu, berakhir Juli tahun ini, meliputi senapan serbu, senapan mesin, peluncur mortir, dan kendaraan angkut personel. Badan-badan keamanan Israel mengirim semua persenjataan kepada 12 kelompok pemberontak Suriah melalui tiga perlintasan di Dataran Tinggi Golan, jalur serupa mereka pakai buat memasok bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Suriah.
Israel juga menggaji para pemberontak, besanya US$ 75 saban bulan. Tambahan dana diberikan kepada 12 kelompok pemberontak tersebut untuk membeli senjata di pasar gelap Suriah.
Para pemberontak ini berharap Israel bakal membantu kalau mereka terdesak. Tapi negara Bintang Daud itu tidak turun tangan ketika mereka digempur Juli lalu.
"Ini sebuah pelajaran tidak akan pernah kami lupa mengenai Israel. Mereka tidak peduli tentang...rakyat Suriah," kata Y, anggota kelompok Fursan al-Jaulan (Ksatria Golan). "Israel tidak peduli soal kemanusiaan. Mereka cuma peduli atas kepentingannya."
Jumlah senjata dan dana diberikan Israel kepada para pemberontak Suriah kecil ketimbang bantuan diberikan negara-negara lain, termasuk Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Amerika Serikat. Ini membikin para komandan pemberontak mengeluh.
Laporan serupa dilansir surat kabar the Wall Street Journal dengan mewawancarai setengah lusin pemberntak dan tiga orang sangat memahami kebijakan Israel. Mereka mengungkapkan bantuan Israel atas pemberontak Suriah dimulai awal 2013. Tujuannya untuk mencegah kelompok-kelompok bersenjata pro-Iran, seperti Hizbullah, mendekati wilayah perbatasan dengan Israel.
Israel membentuk sebuah tim khusus dalam angkatan darat untuk menangani bantuan bagi pemberontak Suriah, termasuk masalah penentuan anggarannya.
Fursan al-Jaulan adalah kelompok pemberontak berkoordinasi dengan Israel. Mereka memperoleh dana sekitar US$ 5 ribu per bulan. Fursan al-Jaulan tidak mendapat bantaun dari negara-negara Barat dan tidak berafiliasi dengan FSA (Tentara Pembebasan Suriah).
"Israel menyokong kami dengan cara heroik," ujar Muktasim al-Jaulani, juru bicara Fursan al-Jaulan, kepada the Wall Street Journal. "Kami tidak dapat selamat tanpa bantuan Israel."
Kerjasama dengan Israel bermula dari anggota-anggota milisi Fursan al-Jaulan luka meminta tolong kepada tentara Israel berbahasa Arab di perbatasan. Israel kemudian membawa mereka ke rumah sakit untuk dirawat.
Fursan al-Jaulan dikabarkan mempunyai 400 personel. Mereka tidak beraliansi dengan empat kelompok pemberontak lainnya juga beroperasi di sekitar daerah perbatasan dengan Israel. Tapi keempat milisi itu menerima bantaun dari Barat dan bekerjasama dengan FSA.