kisah
Tiga isyarat Biden agar Bin Salman lakukan kudeta
Kalau mau dianggap selevel dengan Biden, dia mesti buru-buru naik takhta dan tentu harus menyingkirkan ayahnya dari singgasana.
03 Maret 2021 23:15Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman. (Al-Arabiya)
Faisal Assegaf
Presiden Amerika Serikat Joe Biden boleh jadi sudah menyampaikan isyarat agar Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman melengserkan ayahnya, Raja Salman bin Abdul Aziz.
Isyarat pertama adalah pemerintah Amerika Serikat menegaskan Biden hanya mau berkomunikasi dan berhubungan dengan Raja Salman, bukan Bin Salman merupakan pemimpin de facto di negara Kabah itu.
"Kami telah menjelaskan sejak awal kami akan mengkaji ulang hubungan kita dengan Arab Saudi," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki. "Bagian dari itu kembali ke keterlibatan mitra dengan mitra. Mitra Presiden (Biden) adalah Raja Salman."
Biden pun Jumat pekan lalu menelepon Raja Salman. Biden menegaskan Amerika selalu menempatkan hak asasi manusia secara universal. Kedua pemimpin ini juga membahas mengenai supremasi hukum.
Memang benar Biden menempatkan Bin Salman tidak selevel dengan dirinya. Akhirnya Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin menghubungi Bin Salman, juga memiliki jabatan serupa sejak Maret 2015. Komunikasi telepon antara kedua pejabat ini berlangsung sepekan sebelum Biden menghubungi Raja Salman.
Artinya untuk selevel dengan Biden, Bin Salman harus menjadi raja.
Sehari setelah pembicaraan telepon Biden dan Raja Salman, kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika merilis laporan intelijen mengenai kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, warga Saudi menjadi kolumnis di surat kabar the Washington Post. Laporan dirahasiakan selema pemerintahan Presiden Donald Trump ini menyimpulkan Bin Salman menyetujui Khashoggi dilenyapkan, seperti dilansir NPR.
Tim beranggotakan 15 warga Saudi, termasuk tujuh pengawal pribadi Bin Salman, menghabisi Khashoggi pada 2 Oktober 2018 di dalam kantor Konsulat Jenderal Amerika di Kota Istanbul, Turki. Mayatnya kemudian dimutilasi dan sampai sekarang Saudi merahasiakan keberadaan potongan-potongan tubuh Khashoggi itu.
Segera setelah laporan itu dilansir, 18 warga Saudi terlibat pembunuhan Khashoggi, kecuali Bin Salman sebagai pemberi perintah, dikenai sanksi berupa larangan masuk ke Amerika hingga waktu tidak ditentukan. Selain itu, aset mereka di Amerika atau dikelola oleh warga Amerika kalau ada dibekukan.
Di samping 15 anggota tim pembunuh Khashoggi, tiga orang Saudi lainnya dikenai sanksi adalah pejabat, yakni Saud al-Qahtani (penasihat media Bin Salman), Brigadir Jenderal Ahmad Hasan al-Assiri (mantan wakil kepala badan intelijen Saudi), dan Muhammad al-Utabi (eks Konsul Jenderal Saudi di Turki).
Tidak ada sanksi bagi Bin Salman menunjukkan Biden masih menyokong dan meyakini Bin Salman pantas menjadi raja kedelapan Saudi. Ini adalah isyarat kedua. "Selama Amerika masih menjual persenjataan ke Saudi, termasuk sistem pertanahan, dan Bin Salman tidak dikenai sanksi, maka Bin Salman bakal terus meyakini dirinya mendapat sokongan Amerika," ujar Direktur Eksekutif Democracy for the Arab World Now (DAWN) Sarah Leah Whitson kepada Albalad.co melalui pesan WhatsApp Ahad pekan lalu.
DAWN adalah organisasi non-pemerintah dirintis oleh Khashoggi untuk mendorong terciptanya demokrasi, penegakan hak asasi manusia dan tatanan hukum di negara-negara Timur Tengah.
Isyarat ketiga adalah Biden ingin mewujudkan hubungan diplomatik antara Saudi dan Israel. Syaratnya, negeri Dua Kota Suci itu harus memperbaiki catatan hak asasi manusianya.
Hanya Bin Salman sejak naik menjadi putera mahkota pada 21 Juni 2017 mulai bermesraan dengan negara Zionis itu karena menganggap Iran sebagai musuh bersama. Sedangkan Raja Salman masih setia pada prinsip tidak akan pernah mengakui Israel kecuali negara Palestina merdeka dan berdaulat sudah dibentuk.
Bin Salman bahkan sudah tiga kali bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Terakhir pada November tahun lalu. Netanyahu terbang ke Neom, proyek kota impian Bin Salman. Keduanya bertemu di sana.
Sekarang keputusan berada di tangan Bin Salman. Kalau mau dianggap selevel dengan Biden, dia mesti buru-buru naik takhta dan tentu harus menyingkirkan ayahnya dari singgasana.