olahraga
Kelompok hak asasi manusia desak balapan F1 di Bahrain dibatalkan
Negara Arab Teluk itu dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
09 April 2017 02:20Sirkuit Formula 1 di Bahrain. (Crash)
Faisal Assegaf
Empat kelompok pemantau hak asasi manusia mendesak balapan Formula 1 bakal digelar di Bahrain dibatalkan, kecuali negara Arab Teluk itu berkomitmen menegakkan hak asasi manusia.
Surat terbuka diumumkan Kamis lalu itu ditandatangani oleh Bahrain Institute for Rights and Democracy (BIRD), Aeticle 19, the Gulf Centre for Human Rights (GCHR), dan Americans for Democracy and Human Rights in Bahrain (ADHRB).
Balapan Formula 1 Bahrain, dijadwalkan berlangsung bulan ini, pertama kali dibatalkan pada 2011, ketika pemerintah Bahrain menetapkan keadaan darurat setelah muncul unjuk rasa pro-demokrasi.
Warga Bahrain mayoritas Syiah merasa diperlakukan semena-mena oleh penguasa berpaham Sunni. Karena itu mereka kerap berdemonstrasi dan bahkan menuntut pergantian rezim.
Balapan Formula 1 bergulir lagi di Bahrain pada 2012. Namun dalam surat terbukanya itu, keempat organisasi hak manusia itu menyatakan, "Pelanggaran hak asasi manusia sudah lazim terjadi selama penyelenggaraan balapan Formula 1 di Bahrain."
Balapan tahun lalu ditandai oleh kematian Ali Abdul Ghani, 17 tahun. Dia luka parah saat penangkapan di Desa Syahrakan, hanya berjarak 4,8 kilometer dari sirkuit.
Dia meninggal pada 4 April 2016, sehari setelah balapan Formula 1 di Bahrain usai.
Sayyid Ahmad al-Wadai dari BIRD bilang saban kali balapan Formula 1 dilangsungkan di Bahrain, penangkapan dan pnyiksaan terhadap warga negara itu meningkat.
"F1 mestinya tidak melupakan tanggung jawab mereka untuk memastikan keamanan dari rakyat negara tuan rumah," kata Wadai. "Kalau F1 tidak mampu melakukan itu, balapan tidak pantas berlangsung di Bahrain."