tajuk
Mempertanyakan kesakralan Makkah
Kemegahan dan kemewahan Makkah tentu saja mampu melencengkan kekhusyukan dan kelurusan niat jamaah beribadah.
13 September 2015 05:06Saya memang belum pernah berhaji atau berumrah ke tanah suci Makkah dan Madinahdi Arab Saudi. Tapi terus terang saja melihat kondisi Makkah, terutama kawasan Masjid Al-Haram, saya cuma bisa bersedih dan mengelus dada.
Masjid Al-Haram di dalamnya terdapat Kabah - kiblat umat Islam sejagat - kini dikepung bangunan pencakar langit modern. Rasanya tidak sopan gedung-gedung itu tinggi tegak di hadapan Kabah menjadi arah untuk bersujud umat Islam saban kali salat.
Keberadaan hotel, apartemen, pusat belanja, dan bangunan jangkung lainnya di sekeliling Kabah menggambarkan kesombongan. Bahkan sejarawan Makkah Dr Irfan al-Alawi mengiyakan menjamurnya gedung-gedung pencakar langit membekap Masjid Al-Haram merupakan salah satu tanda kiamat.
Belum lagi, inilah membikin saya miris. Proyek perluasan Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi telah menggerus warisan sejarah peninggalan zaman Nabi Muhammad. Dia mencontohkan pembangunan itu telah melenyapkan rumah kelahiran Rasulullah dan kediaman Khadijah, istri nabi.
Pemerintah Arab Saudi beralasan semua proyek itu demi kenyamanan dan kelancaran jamaah dalam melaksanakan ibadah haji atau umrah. Tapi apakah perlu sampai memberangus peninggalan junjungan dan panutan kaum muslim.
Padahal warisan sejarah perlu dilestarikan. Peninggalan-peninggalan kuno itu bisa menjadi bukti otentik Islam lahir di Makkah. Jangan-jangan generasi mendatang bakal mempertanyakan apa benar Islam lahir di Makkah bila semua peninggalan sejarah itu telah dihapus.
Makkah telah menjelma menjadi megapolitan seolah bukan lagi kota bernuansa akhirat. Kemegahan dan kemewahan Makkah tentu saja mampu melencengkan kekhusyukan dan kelurusan niat jamaah beribadah.
Seperti penilaian sebagian orang: pergi ke tanah suci Makkah saat ini layaknya pelesiran ke tempat wisata saja. Alawi pun menyimpulkan Makkah sekarang mirip Manhattan atau Las Vegas saja.