palestina
Pemuka Yahudi di Indonesia prihatin atas krisis Al-Aqsa
"Terowongan itu sudah ada sejak zaman Sulaiman dan bukan dibuat oleh Israel untuk merobohkan Masjid Al-Aqsa," ujarnya.
30 Juli 2017 09:27Polisi Israel memasang alat pendeteksi logam di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa. (Sky News)
Faisal Assegaf
Memburuknya situasi di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur, Palestina, tidak hanya menggaet perhatian kaum muslim di Indonesia, tapi juga warga keturunan Yahudi.
Maklum saja, Yerusalem adalah kota bagi tiga agama samawi: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Di kota suci ini terdapat tempat ziarah untuk pemeluk ketiga agama tersebut, yakni Masjid Al-Aqsa buat umat Islam, Gereja Makam Yesus bagi pemeluk Kristen, dan Tembok Ratapan untuk penganut Yahudi.
Salah satu pemuka Yahudi di Indonesia, Rabbi Benjamin Verbrugge, mengaku amat prihatin atas ketegangan sekaligus bentrokan meletup di Al-Aqsa. "Saya sangat prihatin dan saya mengharap ini jangan terjadi lagi," kata Rabbi Verbrugge saat dihubungi Albalad.co melalui telepon selulernya hari ini.
Krisis Al-Aqsa bermula dari pembunuhan dua polisi Israel bertugas menjaga Al-Aqsa oleh tiga lelaki Palestina pada 14 Juli lalu. Insiden ini memaksa negara Zionis itu menutup Al-Aqsa dua hari, lalu dibuka lagi dengan memasang detektor logam di pintu masuk Al-Aqsa. Beberapa hari kemudian, Israel memasang kamera pengintai di sana.
Warga Palestina memprotes langkah itu dan menganggap Israel ingin menguasai Al-Aqsa. Mereka menolak salat di dalam Al-Aqsa dan bentrokan sengit pecah sehabis salat Jumat pekan lalu. Hingga kini, krisis Al-Aqsa telah menewaskan tujuh warga Palestina dan tiga orang Israel, serta melukai lebih dari seribu warga Palestina.
Rabbi Verbrugge membenarkan ada terowongan di kompleks Al-Aqsa, tapi dia membantah terowongan itu digali oleh israel. "Terowongan itu sudah ada sejak zaman Sulaiman dan bukan dibuat oleh Israel untuk merobohkan Masjid Al-Aqsa," ujarnya.
Rabbi Verbrugge, Ketua United Indonesian Jewish Community (UIJC), bercerita dia memasuki terowongan itu pada 2013, seperti para pelancong lainnya. Bermula dari pintu terowongan di dekat tembok Ratapan dan keluar di Via Dolorosa, dipercaya sebagai jalur Yesus menuju tempat penyaliban.
Menurut dia, segala persoalan di Yerusalem bakal ditangani langsung oleh Tuhan ketika Juru Selamat datang. "Begitu Mesiah datang, kita lihat apa yang bakal dia lakukan," tuturnya. "Karena kalau mesiah datang, semua akan menyembah satu Tuhan."