palestina
Legenda Palestina dalam penjara
Jika Abbas tidak mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden, 37 persen rakyat Palestina menganggap Barghuti cocok sebagai pengganti dan 23 persen memilih Haniyah.
24 Januari 2021 18:19Foto Marwan Barghuti. (Qassam Barghuti buat Albalad.co)
Faisal Assegaf
Meski telah ditahan Israel sedari 19 tahun lalu, namanya masih tersohor. Melintasi beragam faksi, menembus Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dia dianggap paling tepat menggantikan mendiang Yasir Arafat kalau saja hidup bebas.
Popularitasnya selalu unggul ketimbang pemimpin Fatah Mahmud Abbas dan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyah. Saban kali jajak pendapat digelar, Marwan Barghuti menempati nomor wahid di mata rakyat Palestina.
Seperti survei dilansir the Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) bulan lalu (Desember 2020). Kalau Haniya bertarung dengan Barghuti dalam pemilihan presiden pada 31 Juli nanti, Barghuti unggul dengan 61 persen suara, sedangkan Haniyah meraup 37 persen.
Jika Abbas tidak mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden, 37 persen rakyat Palestina menganggap Barghuti cocok sebagai pengganti dan 23 persen memilih Haniyah. Poling oleh PCPSR itu menunjukkan 66 persen rakyat Palestina ingin Abbas mundur.
Bila Abbas ngotot maju dalam pemilihan presiden, 52 persen warga Palestina menilai Fatah salah memilih kandidat. Sebanyak 42 persen rakyat Palestina menyebutkan Barghuti calon terbaik dari Fatah, hanya sepuluh persen memandang Muhammad Dahlan, sejak 2011 lari dan tinggal di Uni Emirat Arab, kandidat terbaik.
Sayangnya, Barghuti tidak akan pernah bisa menjadi presiden Palestina. Hukuman lima kali seumur hidup karena dua kali memimpin Intifadah pada 1987 dan 2000, membikin lelaki 62 tahun ini akan menghabiskan sisa umurnya dalam Penjara Hadarim di Kefar Sava, berjarak sekitar 23,6 kilometer dari Ibu Kota Tel Aviv, Israel.
Menurut Qassam Barghuti, ayahnya itu dalam keadaan sehat. "Dia juga sudah tahu kabar mengenai pemilihan umum akan digelar di Palestina," kata Qassam kepada Albalad.co melalui pesan WhatsApp hari ini. "Karena dia memiliki radio dalam selnya."
Qassam menambahkan keluarga belum bisa menjenguk Barghuti lantaran wabah virus corona Covid-19. "Insya Allah akhir bulan ini, kami bisa menengok dia dalam penjara," ujarnya.
Qassam pun menjanjikan Barghuti untuk kembali menulis opini mengenai tren normalisasi negara-negara Arab dengan Israel untuk dimuat di Albalad.co. Opini perdananya diterbitkan di Albalad.co pada Oktober 2015, ketika muncul gelombang serangan menggunakan senjata tajam terhadap aparat keamanan Israel.
Sila baca:
The end of occupation is the beginning of peace
Israel refused anybody to visit Barghuti since the hunger strike launched
Nama Barghuti akan terus harum di mata rayat Palestina. Dia memilih menolak berkompromi dengan penjajah Israel. Palestina memang menghadapi dilema dalam perjuangannya untuk merdeka: Melawan dicap teroris tapi berunding nihil hasil.