pelesir
Paus asal Tunisia pencipta Hari Valentine
Kisah Santo Valentine diciptakan oleh gereja Katolik sebagai bagian dari upaya untuk menghapus beragam perayaan kaum pemuja berhala.
15 Februari 2017 06:35Paus Gelasius I berdarah Tunisia, menetapkan 14 Februari sebagai Hari valentine. (Wikimedia)
Faisal Assegaf
Paus atau pemimpin umat Katolik sejagat mengumumkan 14 Februari sebagai Hari Velentine atau kasih sayang adalah Gelasius I, paus ketiga dan terakhir dari suku Berber.
Dia berasal dari Provinsi Afrika di Kerajaan Romawi, kini dikenal sebagai negara Tunisia, meliputi sebagian Aljazair, Mauritania, dan Libya.
Paus Gelasius I dikabarkan juga dari suku Jlass, rumpun dari suku terbesar Amazigh di Tunisia.
Dia diyakini telah menghidupkan kembali festival kesuburan Lupercalia. Perayaan dilakoni kaum penyembah berhala itu mengorbankan satu kambing dan kulitnya dicelupkan ke dalam darah, lalu ditamparkan ke seluruh tubuh perempuan agar menjadi subur atau gampang hamil.
Perempuan terkena cipratan darah kemudian menulis nama mereka dalam lipatan kertas dan dimasukkan ke dalam sebuah kendi besar. Lelaki lajang di kota itu kemudian mengambil lipatan kertas berisi nama perempuan akan menjadi pasangan mereka dalam perayaan Lupercalia tahun selanjutnya. Menurut legenda, festival Lupercalia ini ilegal sebelum 14 Februari ditetapkan sebagai Hari Valentine.
Kisah Santo Valentine diciptakan oleh gereja Katolik sebagai bagian dari upaya untuk menghapus beragam perayaan kaum pemuja berhala.
Seperti Lupercalia dalam tradisi Nasrani, Hari valentine sangat tidak populer di sebagian negara berpenduduk mayoritas muslim. Perayaan ini dianggap melanggar ajaran Islam. Pakistan adalah negara terakhir mengharamkan peringatan Hari Valentine karena dinilai bejat.