pelesir
Liburan Raja Salman promosikan Bali ke Timur Tengah
"Kalau ada hal-hal untuk kepentingan negara, orang Bali memberikan toleransi dengan cukup baik," tutur Bagus.
05 Maret 2017 10:31Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dan Presiden Joko Widodo berdiri di teras Istana Bogor, di sela pertemuan bilateral dilakoni kedua pemimpin itu pada 1 Maret 2017. (Dokumentasi Albalad.co)
Faisal Assegaf
agus Sudibya, Ketua Dewan Penasihat Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASIATA) sekaligus anggota Dewan Penasihat Dewan Pariwisata Bali, mengakui liburan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dan rombongannya di Bali merupakan promosi bagus bagi Pulau Dewata itu kepada para pelancong asal Timur Tengah.
Mudah-mudahan ini merupakan salah satu alternatif bagi beliau (Raja Salman) sahabat-sahabat beliau, atau negara-negara di Timur Tengah untuk berlibur ke Bali," kata Bagus kepada Albalad.co hari ini saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Dia bilang Bali siap menyambut pelancong dari mana saja. "Tatkala beliau (Raja Salman) tertarik akan keindahan Bali, keramahtamahan Bali, keamanan Bali, kenyamanan Bali, kita syukuri," ujar Bagus. "Buat kita, tidak ada demarkasi, tidak ada perbedaan SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan)."
Bagus menekankan bangsa Indonesia, terutama masyarakat Bali, mesti bangga lantaran Raja Salman, keluarga, dan rombongannya telah memilih Bali sebagai tempat berlibur. Dia menambahkan pemilihan Bali oleh Raja Salman itu tentu saja dengan pemikiran matang dan sudah mempertimbangkan segala aspek, termasuk, keindahana, keamanan, dan kenyamanan.
Menurut dia, pilihan berlibur di Nusa Dua juga logis karena ada lima alasan, yakni mudah pengamanannya, tempatnya sangat strategis karena dekat dengan bandar udara, pantainya memang salah satu yang terbaik di Bali, sebagian besar hotel bagus dan bertaraf internasional ada di Nusa Dua, dan nama Nusa Dua sudah dikenal.
Terkait penutupan pantai dengan bambu dan kain putih di sekitar Hotel St Regis, tempat Raja Salman menginap, sejuah ini tidak ada penolakan dari warga Bali. "Kalau ada hal-hal untuk kepentingan negara, orang Bali memberikan toleransi dengan cukup baik," tutur Bagus.