kabar
Setelah molor setahun, Irak punya presiden dan perdana menteri baru
Sebanyak 73 anggota parlemen dari blok Sadr tidak ikut voting.
14 Oktober 2022 07:07Presiden baru Irak, Abdul Latif Rasyid, dipilih oleh parlemen pada 13 Oktober 2022. (Rudaw)
Faisal Assegaf
Setelah molor setahun akibat krisis politik sehabis pemilihan umum tahun lalu, parlemen Irak akhirnya kemarin memiliki presiden dan perdana menteri baru.
Melalui pemungutan suara dilakukan 261 dari 329 anggota parlemen, 73 orang dari blok dipimpin Muqtada as-Sadr telah mundur, Abdul Latif Rasyid meraup 162 suara meninggalkan petahana, Barham Salih meraih 99 suara. Rasyid akan menjabat sampai 2026.
Sila baca:
Pamor Sadr dan Revolusi Asyura
Bujukan Nasrallah lunakkan Sadr
Rasyid - mantan menteri sumber daya air dan eks pejabat PUK (Persatuan Patriotik Kurdistan) - dilahirkan di Kota Sulaimani, Provinsi Kurdistan - pada 1944. Dia memulai karier politiknya pada 1960 dengan menjadi anggota aktif KDP (Partai Demokratik Kurdistan).
Rasyid ditunjuk menjadi menteri sumber daya air pada 2003 dan menjabat hingga 2010. Setelah itu, dia diangkat sebagai penasihat senior presiden Irak.
Rasyid telah menugaskan Muhammad Syiya as-Sudani sebagai perdana menteri. Dia memiliki waktu 30 hari sedari ditunjuk untuk membentuk kabinet. Kalau gagal, maka posisinya sebagai perdana menteri akan diganti.
Sudani, 52 tahun, telah terjun ke politik sejak belia setelah ayahnya dibunuh pasukan rezim Saddam Husain pada 1980 karena menjadi anggota Partai Dawa Islami.
Jabatan terakhir Sudani dalam pemerintahan adalah menteri tenaga kerja dan sosial (2014-2018). Dia pernah menduduki kursi menteri hak asasi manusia (2010-2014).