olahraga
FBI selidiki terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022
FBI sudah mengendus dugaan suap dan korupsi soal terpilihnya Qatar sejak 2011.
04 Juni 2015 08:14Stadion Lusail di Ibu Kota Doha, Qatar, karya Foster + Partners. (arabianbusiness.com)
Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) akan menyelidiki dugaan korupsi dan suap dalam proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022 akhirnya dimenangkan Qatar.
Kepada kantor berita Reuters, seorang pejabat kehakiman Amerika membenarkan FBI memang bakal mengusut dugaan suap dan rasuah hingga Rusia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Qatar menjadi penyelenggara turnamen serupa di 2022.
Kejaksaan Agung Swiss secara terpisah sudah mengumumkan bakal melaksanakan investigasi terhadap dugaan korupsi dalam pemilihan tuman rumah untuk Piala Dunia 2018 dan 2022.
Dunia sepak bola terguncang setelah Rabu pekan lalu polisi swiss menahan sembilan pejabat badan sepak bola dunia FIFA dan lima eksekutif pemasaran. Di hari yang sama, Kejaksaan Agung Amerika menetapkan 147 dakwaan terhadap 14 tersangka itu, termasuk soal suap, pencucian uang, dan pemerasan.
Menurut Reuters, FBI setidaknya sudah mengendus hal mencurigakan mengenai terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sejak empat tahun lalu. Para agen FBI telah mewawancarai Phaedra al-Majid, mantan pegawai di panitia persiapan Piala Dunia Qatar.
Dia mengaku hadir dan melihat langsung saat panitia asal Qatar membayar US$ 1,5 juta kepada tiga anggota Komite Eksekutif FIFA dari Afrika. Tujuannya supaya mereka memilih Qatar dalam pemilihan dilangsungkan pada 2010 di Kota Zurich, Swiss.
Phaedra kemudian meneken surat menarik tudingannya itu. Tapi lantas dia mengaku kepada FBI perwakilan dari panitia Qatar memaksa dia untuk membantah kembali semua pengakuannya soal suap itu.
Terpilihnya Qatar sebagai penyelenggara Piala Dunia 2022 telah memicu polemik. Mereka negara kecil dan tidak memiliki tradisi sepak bola. Suhu kelewat panas saat Juni-Juli memaksa FIFA membikin keputusan bersejarah. Piala Dunia 2022 digelar musim dingin, yakni selama November-Desember.
Qatar dituding menyuap para pejabat FIFA agar menyorongkan negara itu dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia lima tahun lalu. Qatar bersama Rusia membantah tuduhan ini. Selain itu, Qatar diklaim memperlakukan buruh proyek infrastruktur Piala Dunia – kebanyakan dari negara Asia Selatan – secara buruk.
Meski menghadapi semua tudingan itu, Menteri Luar Negeri Qatar Khalid al-Attiyah percaya Qatar tidak akan dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. “Itu tidak mungkin. Kami yakin sudah sesuai prosedur dan berhak terpilih karena kami mengajukan tawaran terbaik," katanya dalam wawancara khusus dengan Reuters di Ibu Kota Paris, Prancis, sehari setelah Presiden FIFA Sepp Blatter menyatakan mundur.
Dia bilang suatu hari akan mengungkap siapa dalang kampanye menolak Qatar menggelar Piala Dunia 2022. “Sangat sulit bagi sebagian pihak memahami sebuah negara Arab Islam menjadi tuan rumah Piala Dunia,” ujar Attiyah. “Saya percaya ini karena prasangka dan rasisme."